Monday, November 7, 2011

Ketua DPR: Penyelenggaraan Ibadah Haji Masih Mengecewakan

Monday, November 7, 2011

i-om
Date

Jakarta - Ketua DPR yang kini menjadi Ketua Tim Pengawas Haji DPR Marzuki Alie mengamati banyak permasalahan terkait pelayanan haji tahun 2011. Ia mengimbau Kemenag untuk melakukan pembenahan menyeluruh.

Salah satu yang disoroti Marzuki adalah pembagian makanan dengan cara berbaris membawa piring, dimana kemudian petugas katering yang mengisi piring tersebut dengan nasi, sayur dan lauknya. Ia menganggap metode seperti ini mirip pembagian makan kepada narapidana di Penjara.

“Mereka protes, pelayanan haji masih mengecewakan, ini bukan sistem prasmanan tapi seperti makan di penjara, para napi berbaris membawa piring berbaris panjang kemudian diisi oleh petugas sambil berjalan melewati meja katering. Setiap kloter ada 1 meja pelayanan. Sehingga berbaris antara 350 sampai dengan 450 orang tergantung kloternya,” ujar Marzuki melalu pesan BBM dari Mina, kepada detikcom, Selasa (8/11/2011).

Marzuki juga kembali menyinggung mengenai Komitmen DPR dengan Kementerian Agama bahwa sistim makan diberikan dalam bentuk nasi kotak, tapi menteri agama sudah melakukan perubahan tanpa ada pembicaraan dengan DPR. Kunjungan yang dilakukannya ke beberapa maktab, Sumatera, Jawa dan Papua, mayoritas minta katering dengan nasi kotak.

“Isu yang tidak enak yang dikembangkan yang disampaikan oleh para Kyai yang ada di dalam maktab tersebut adalah dengan sistem prasmanan keuntungan katering akan semakin besar, selisihnya akan diberikan kepada Partai Penguasa. Ini artinya kan kepada partai kami, ini kan tidak benar,” tegasnya.

Selain itu dirinya juga mengkritik cara pemberian dan pengaturan makanan, yang juga tidak manusiawi dan mengganggu kekhusukan para jamaah dalam beribadah. “Kelemahannya adalah, bila meja itu ditempatkan di jalanan/lorong maktab, maka siang hari berpanas-panas, sangat tidak manusiawi, untuk makan malam diberikan setelah maghrib, maka mengganggu waktu sholat karena tidak semua menjamak qoshor maghrib dengan isya ada juga yang tidak menjamaknya,” tambahnya.

Selain itu penempatan beberapa meja katering di dalam maktab, antri jamaah harus melangkahi para jamaah yang ada dalam maktab tersebut. “Khusus kamar mandi/toilet, ibu-ibu juga protes fasilitas untuk perempuan sangat kurang, ini karena dalam wilayah tersebut jemaah perempuan lebih banyak,” imbuhnya.

Saat ini juga muncul kecurigaan bahwa ada tenda jemaah Indonesia yang dijual kepada warga asing. Hal ini jelasnya sudah dilaporkan ke sektor, dan saat ini sudah dibahas dengan maktabnya, tapi sayangnya laporan itu tidak didengarkan. “Sudah saya infokan ke Kadaker agar diproses. Dalam wilayah Indonesia ada 1 tenda orang malaysia , ada juga dalam 1 tenda ada beberapa warga asing Afrika. Ini perlu ditindaklanjuti oleh Kadakernya,” tegasnya.

Selain itu dirinya juga mendapati ada –tenda-tenda yang sangat kotor. Muasasanya tidak mau membersihkan, ini menambah suasana maktab sangat kumuh. “Sektor sudah protes tapi tidak didengarkan karena memang sektor kurang diberi kewenangan untuk memberi sanksi kalau maktab melanggar kontrak,” ujar Wakil Ketua Dewan Pembina PD ini lagi.

Mengenai sarana transportasi, Marzuki mengatakan dirinya sudah menjelaskan tentang tanggungjawabnya selama menjadi ketua timwas. Jemaah menurutnya memahami krn lokasi mina semakin sempit sedangkan jemaah haji setiap tahun bertambah

Mengenai makanan yang kurang bergizi yang dikaitkan dengan kesehatan jamaah, Marzuki pun mengkritik ada petugas kesehatan di Posko Mina yang sebenarnya petugas yang karena memberikan penilaian mengenai muatan gizi makanan para jamaah namun malah diberikan SP.

“DPR melihat petugas kesehatan sangat sigap. Kita hanya minta agar SP bagi petugas kesehatan yang memberi tahu mengenai muatan gizi makanan itu dicabut, karena dokter tersebut tidak ada salah sama sekali. Ini memprihatinkan sekali, ada anak bangsa yang berbicara tentang kebenaran tetapi diberikan peringatan, membuat petugas yang lain takut bersuara. Kalau kondisi ini tidak diperbaiki, maka semua petugas bicara ABS yang jadi korban adalah semua jemaah, kita mendzolimi para jemaah,” tegasnya.

Yang juga tidak kalah penting dari kekurangan penyelenggaraan haji tahun ini adalah mengenai mabit di muzdalifah. Teorinya mereka hanya mabit/ menetap sebentar, tetapi prakteknya ada yang lebih dari 10 jam. Jemaah umumnya rontok saat di Muzdalifah, karena di lapangan terbuka, angin kencang dan cuaca dingin sekali sedangkan makanan tidak tersedia.

Sistim taradudi telah mengakibatkan menumpuknya jemaah di Muzdalifah. Sistim taradudi itu para jemaah diangkut dari Arofah ke Muzdalifah, didrop, kemudian secara bertahap dari Muzdalifah diangkur ke Mina. Kalau sistem dahulunya para jemaah diangkut dengan bus ke Muzdalifah dengan bus yang sama setelah lewat tengah malam terus dibawa ke Mina, mobil kemudian kembali ke Arofah dan seterusnya.

“Masalahnya sistem ini untuk rombongan ke 2 dan 3 sering tidak terangkut sampai siang, ada yang sampai sore baru sampai di Mina. Sistem Taradudi relatif lebih baik, hanya masalahnya jemaah “dikandangi” di padang pasir terbuka di Muzdalifah, tanpa tenda dalam cuaca malam yang sangat dingin karena angin yang keras sekali. Di sinilah para jemaah yang berumur biasanya langsung sakit. Saya merasakan tahun 2006 yang lalu, kita yang masih berumur relatif masih sekitar 50 saja sudah tidak kuat, anak mudapun demikian, apalagi tidak ada maktan sama sekali, hanya minuman yg dibawa oleh jemaah. Ada jemaah yang relatif cerdas sudah menyiapkan roti, taip sebagian besar tidak siap untuk situasi itu,” tandasnya.

(van/gah)



0 comments:

Post a Comment

 
cs4one.blogspot.com is proudly powered by Blogger.com | Template by Muhammad Luthfi